Istilah silo mungkin masih asing bagi sebagian blogger atau pengelola website. Padahal, silo merupakan salah satu cara mudah mengatur struktur website untuk menggenjot SEO bahkan bisa berkompetisi dengan website berotoritas genap.

Apa itu silo dan bagaimana membuatnya optimal dalam menggenjot SEO? Yuk kita bahas bersama.

Apa Itu Silo?

Pernahkah kamu melihat gudang penyimpanan milik sebuah pabrik? Ya, tabung-tabung besar yang berjajar dan masing-masingnya berisi bahan tertentu. Jika belum pernah lihat, coba amati gambar di bawah ini. Inilah silo.

silo

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), silo adalah tempat menyimpan hasil pertanian (biji-bijian) dalam jumlah besar, terbuat dari papan kayu atau logam (seperti besi pelat, seng) dengan bentuk seperti sumur. Dari istilah inilah istilah silo dalam website diambil.

Jadi, silo adalah membagi konten website ke dalam berbagai kategori dan subkategori serta pengelompokan. Tidak semua pakar SEO menggunakan istilah silo. Yoast dan Ahrefs misalnya. Keduanya memasukkannya dalam bab site structure (struktur situs) karena silo memang bagian dari struktur situs.

Baca juga: SEO Holistik

Mengapa Silo Sangat penting?

Mengapa mengelompokkan konten berdasarkan kategori dan subkategori yang tepat sangat penting? Setidaknya ada dua alasan besar. Pertama, untuk memudahkan pengguna dan memberikan pengalaman atau user experience (UX) yang baik. Kedua, untuk memudahkan crawler mesin pencari sehingga lebih mudah merayapi konten dan menampilkannya di hasil pencarian.

Baca juga: Cara Update WordPress

Manfaat Silo dan Pengaruhnya terhadap SEO

Jika dijabarkan lebih detil, berikut ini beberapa manfaat Silo:

1. Meningkatkan User Experience (UX)

Taruhlah contoh situs Sekolah website ini. Ketika pembaca ingin melihat konten tentang SEO, ia bisa mengklik menu SEO di header. Pembaca pun langsung diarahkan ke kategori SEO yang berisi artikel-artikel dan tutorial tentang SEO.

Jangan sampai pengguna ingin mendapatkan tutorial SEO, ia justru mendapatkan tutorial belajar saham saat mengklik kategori SEO. Jaka sembung naik becak. Nggak nyambung, Cak.

Jika dalam kategori SEO ada subkategori lagi, misalnya On-Page dan Off-Page, ini lebih memudahkan lagi. Atau subkategorinya berdasarkan mesin pencari –ada subkategori Google, Bing, Yandex– itu juga bagus.

Nah, ketika pembaca mendapati user experience (UX) yang baik seperti itu, mereka bisa membaca lebih banyak konten dan seraca otomatis mengurangi bounche rate. Pageviews juga meningkat. User intense juga menjadi lebih baik. Semua ini berpengaruh dalam mendongkrak SEO.

2. Memudahkan Crawling

Seperti saya kemukakan di atas, Silo yang baik akan memudahkan crawling (perayapan). Mesin pencari lebih mudah merayapi sekaligus mengklasifikasikan setiap konten untuk selanjutnya menampilkannya di hasil pencarian yang relevan.

Bahkan deep silo, mengatur pengelompokan konten secara mendalam minimal ke dalam kategori dan subkategori yang tepat, membuat mesin pencari memasukkan website itu dalam kelompok website berotoritas. Terutama jika konten dalam kategori dan subkategori itu sudah berjumlah banyak. Tentu saja, ini juga berpengaruh dalam menggenjot SEO.

3. Memberikan Sitelink

Apa itu sitelink? Pasti kamu sudah tahu, kan. Bagi yang belum tahu, sitelink (tautan situs) adalah tautan-tautan yang dimunculkan di hasil pencarian di bawah tautan utama. Misalnya seperti ini:

sitelink

Munculnya sitelink seperti ini –dan yang muncul adalah kategori- membuat kepercayaan (trust) terhadap website meningkat. Website tampak lebih profesional dan meyakinkan. Juga meningkatkan CTR; peluang klik lebih besar.

Baca juga: Cara Daftar Google Search Console

Cara Membuat Silo yang Baik

Bagaimana cara membuat silo yang baik agar lebih berpengaruh pada SEO? Berikut ini empat langkahnya.

1. Buat Konsep Website yang Solid

Jika kamu baru saja membangun sebuah website dan baru mulai memikirkan kontennya, kamu perlu mulai berpikir dari yang global baru ke yang lebih detail. Sehingga, kamu lebih mudah membuat kategorisasi dan setiap posting atau page yang kamu buat nantinya bisa dimasukkan ke dalam salah satu kategori. Tentu kategori ini bisa dinamis. Dalam artian, ke depan bisa kamu tambahkan kategori baru jika memang perlu.

Contoh website kamu tentang tutorial website. Kamu bisa membuat kategori Hosting, Domain, SEO, SMO, dan sebagainya. Pada kategori SMO, kamu bisa membuat subkategori Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya.

silo seo

2. Aplikasikan Kategori dan Subkategori Sesuai Konsep

Setelah konsep yang solid tersebut jadi, aplikasikan di website. Buat kategori dan subkategori sesuai rencana. Penting untuk mengisikan deskripsi setiap kategori dan subkategori. Sebab kategori yang kosong akan mempengaruhi kesehatan situs (health score). Kita bisa mengetahuinya dari Ahrefs.

Penulisan deskripsi yang SEO friendly juga mengoptimalkan hasil pencarian kategori dan subkategori. Pernahkan kamu mencari keyword tertentu dan yang muncul di halaman pertama adalah kategori? Itu contohnya.

3. Terapkan dalam Navigasi yang Jelas

Sebagaimana manfaat silo adalah memudahkan navigasi, untuk mengoptimalkannya, tampilkan menu dengan kategori dan subkategori yang tepat sesuai hirarki. Jadi pembaca yang akan menjelajahi konten akan mudah menemukan apa yang mereka inginkan sesuai kategori dan subkategori di menu.

4. Buat Konten Berdasarkan Disiplin Kategori

Setelah tersedia kategori dan subkategori, buat konten dan selalu pilih minimal satu kategori. Misal artikel Cara Riset Keyword masuk kategori SEO, Cara Pindah Hosting masuk kategori Hosting.

Jangan ada konten yang tidak masuk kategori sebab itu tidak baik bagi SEO. Berikan juga tag untuk setiap posting. Bedanya dengan kategori, tag bukan merupakan hirarki. Ia semacam mengklasifikasikan berdasarkan topik apa bahasannya.

Demikian cara membuat silo dan mengoptimalkannya. Sudah siap mempraktikkannya? Selamat mencoba dan semoga semakin bagus SEO-nya. [SekolahWebsite]

Pin It on Pinterest

Share This